BERITA TERKINI – Mantan pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan kepada VOA, bahwa Hizbullah sedang berupaya meningkatkan dengan cepat penjualan obat-obatan terlarang di Eropa, pascaserangan Israel yang berlangsung selama berminggu-minggu. Serangan Israel itu telah menghancurkan dan mengacaukan berbagai sumber pendanaan utama milisi itu di Lebanon.
Kepada VOA, sejumlah pejabat penegak hukum internasional mengatakan organisasi yang ditetapkan sebagai kelompok teror oleh AS itu, menghadapi sejumlah kesulitan dalam meningkatkan operasi perdagangan narkobanya di Eropa.
Sebelumnya pada awal bulan ini, sejumlah sumber AS dan Lebanon yang berbicara dengan VOA mengatakan bahwa Hizbullah telah terjerumus ke dalam krisis keuangan, sejak Israel mulai meningkatkan serangannya terhadap para pemimpin dan infrastruktur Hizbullah di Lebanon pada akhir September lalu.
Serangan-serangan itu termasuk serangan udara Israel pada Minggu (20/10) terhadap cabang-cabang keuangan Hizbullah, Al-Qard Al-Hassan, di berbagai wilayah Hizbullah di Lebanon, termasuk di Beirut bagian selatan.
Serangan Israel ini dilakukan setelah 11 bulan membatasi respon terhadap serangan Hizbullah yang dilakukan untuk mendukung Hamas, yang juga didukung Iran. Hamas sebelumnya menyerang Israel pada Oktober tahun lalu, memicu perang di wilayah Palestina hingga kini.
Sejumlah mantan pejabat AS, yang berbicara secara eksklusif kepada VOA tentang kegiatan perdagangan narkoba internasional Hizbullah, mengatakan bahwa sumber-sumber mereka di Eropa telah melaporkan peningkatan minat Hizbullah untuk menjual narkoba di benua tersebut pada bulan ini.
Menurut Layanan Penelitian Kongres AS, Hizbullah mengoperasikan jaringan kriminal keuangan global, dengan sejumlah pusat di Afrika dan Amerika Latin.
Badan kerja sama penegakan hukum Uni Eropa, Europol, mengatakan dalam laporan tahun 2022 bahwa Hizbullah juga menggunakan Uni Eropa sebagai “basis penggalangan dana, perekrutan, dan kegiatan kriminal yang menghasilkan keuntungan signifikan.”
Hizbullah telah membangun “jaringan kolaborator” di Uni Eropa, yang dicurigai “mengelola transportasi dan distribusi narkoba… dan menjalankan operasi pencucian uang profesional,” tambah laporan Europol.
“Saya telah berbicara dengan beberapa pengedar di Eropa yang ditangkap di masa lalu dan direkrut sebagai sumber untuk penegakan hukum, dan sekarang kembali ke jalanan,” kata David Asher, mantan pejabat Departemen Pertahanan dan Luar Negeri AS yang menarget jaringan perdagangan narkoba dan pencucian uang Hizbullah secara global, dalam sebuah wawancara pada 9 Oktober.
“Mereka mengatakan kepada saya bahwa mereka sedang dihubungi untuk mengatur pengiriman obat terlarang atas nama para pelaku yang berafiliasi dengan Hizbullah secepat mungkin,” kata Asher.
“Bukan berarti sudah ada peningkatan narkotika di jalanan, tapi saya menduga itu karena pendanaan Hizbullah dalam bahaya di Lebanon, dan mereka perlu mengumpulkan lebih banyak uang melalui cara-cara terlarang,” lanjut dia.
Thomas Cindric, pensiunan agen khusus Departemen Kehakiman AS yang bertugas di DEA dari 1996 hingga 2018, mengatakan kepada VOA pada Senin (21/10), bahwa orang-orang yang terkait dengan perdagangan narkoba ilegal juga telah melaporkan kepadanya tentang peningkatan aktivitas perdagangan narkoba yang terkait dengan Hizbullah di Eropa dalam 10 hari terakhir.
Seorang pejabat penegak hukum internasional yang berbicara dengan VOA pada Jumat lalu (18/10) dan tidak mau disebutkan namanya untuk membahas isu sensitif ini, mengatakan bahwa kelompok-kelompok kejahatan terorganisasi yang terkait dengan Hizbullah “tidak diragukan lagi akan berusaha meningkatkan aktivitas mereka” karena Hizbullah sedang mengalami tekanan keuangan.
“Ketika Anda dihantam, seperti Hizbullah dihantam oleh Israel saat ini, satu-satunya cara untuk menghasilkan uang dengan cepat adalah dengan obat-obatan terlarang,” ujar Cindric.
VOA telah menghubungi Departemen Kehakiman dan Keamanan Dalam Negeri AS pekan lalu untuk menanyakan apakah mereka telah melakukan pengamatan serupa mengenai Hizbullah, namun tidak mendapat tanggapan.
Pemerintahan Biden telah memberlakukan sejumlah sanksi terhadap individu dan organisasi yang berafiliasi dengan Hizbullah, sebagai bagian dari upaya untuk mengganggu aktivitas internasional yang menghasilkan pendapatan ilegal dari kelompok itu, dan membongkar jaringan keuangannya.
Menjual obat-obatan terlarang di Eropa merupakan cara cepat bagi Hizbullah untuk mengumpulkan uang, karena banyaknya permintaan dan penawaran, menurut Hans-Jakob Schindler, direktur senior Counter Extremism Project, sebuah organisasi kebijakan nirlaba Amerika-Jerman.
“Eropa adalah konsumen kokain terbesar di seluruh dunia, lebih besar daripada Amerika Serikat, jadi permintaannya ada di sana,” kata Schindler, seorang mantan anggota Dewan Keamanan PBB dan pejabat pemerintah Jerman.
Di sisi pasokan, Schindler mengatakan bahwa Hizbullah telah menjalin hubungan dengan kartel narkoba Amerika Selatan yang mengirimkan kargo terlarang mereka ke Afrika Barat, lalu diangkut terlebih dahulu ke pantai utara Afrika, dan kemudian ke pantai selatan Eropa.
“Tidak seperti perdagangan narkoba, unit usaha Hizbullah yang menghasilkan uang lainnya tidak mudah untuk ditingkatkan dengan cepat,” kata Schindler.
Berbagai perusahaan terkait Hizbullah yang terlibat dalam kegiatan komersial kemungkinan besar tidak akan mampu menggandakan keuntungan mereka dalam hitungan hari, sementara kelompok ini juga akan kesulitan untuk meningkatkan donasi dan pemerasan terhadap diaspora Lebanon dengan cepat, katanya.
Quentin Mugg, seorang perwira polisi Perancis di Europol dan penulis buku Perancis “Argent Sale” (Dirty Money/uang kotor) tentang kiprahnya memerangi kejahatan terorganisasi mengatakan kepada VOA pada Jumat bahwa rencana Hizbullah untuk memperlancar perdagangan narkoba di Eropa masuk akal.
“Saya tahu dari kasus-kasus sebelumnya bahwa para penjahat asal Lebanon, atau warga Lebanon di Eropa yang memiliki afiliasi dengan Hizbullah, melakukan pencucian uang dari hasil penjualan obat terlarang dan mengalihkan sebagian keuntungannya kepada Hizbullah,” ujar Mugg.
“Jadi, kita tahu bahwa Hizbullah mengambil keuntungan dari pencucian uang ini dengan cara yang terstruktur. Dengan mengingat hal itu, upaya untuk mempercepat kegiatan ini menjadi masuk akal,” katanya.
Pejabat penegak hukum internasional yang berbicara kepada VOA mengatakan, salah satu tantangan yang dihadapi Hizbullah dalam meningkatkan pencucian uang hasil penjualan obat terlarang, adalah persaingan dengan kelompok-kelompok kejahatan terorganisir lainnya yang aktif di benua itu.
“Di luar sana sangat kompetitif, jadi Hizbullah mungkin tidak akan berhasil,” ujar pejabat tersebut.
Mugg mengatakan bahwa Hizbullah dan rekan-rekannya juga akan menghadapi kepolisian yang agresif dari Europol, yang menargetkan komunikasi terenkripsi untuk mengungkap identitas para pedagang besar.
“Penyitaan obat-obatan terlarang telah meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir. Jadi, aktivitas penegakan hukum di Eropa benar-benar berkembang pesat,” katanya. [th/ns]