Influencer Oplas agar Mirip Kim Kardashian, Berakhir Merusak Masa Depannya

Influencer Oplas agar Mirip Kim Kardashian, Berakhir Merusak Masa Depannya

eavol.com – Jennifer Pamplona, seorang model dan influencer asal Sao Paulo, Brasil menjadi sorotan karena obsesinya untuk tampil seperti Kim Kardashian. Keinginan yang berawal dari kekaguman pada sosok ikon populer ini, kini berubah menjadi mimpi buruk yang tragis.

Jennifer yang mengakui bahwa dirinya ‘tergila-gila dengan operasi plastik,’ mengungkapkan bagaimana perjalanannya untuk menjadi seperti Kim Kardashian berakhir dengan konsekuensi yang tak terduga dan memilukann

Jennifer telah menjalani lebih dari 30 prosedur kecantikan sejak usia 17 tahun. Pada usia 31, Jennifer mengaku telah menghabiskan lebih dari $1 juta atau sekitar Rp 15 miliar untuk serangkaian prosedur bedah plastik yang mencakup pembesaran bokong, operasi wajah, dan banyak lagi.

Dia menggunakan Polymethyl-methacrylate (PMMA), suatu zat yang sering digunakan dalam filler dermal untuk memperbaiki kontur kulit dan augmentasi bokong. Namun, penggunaan PMMA ini datang dengan risiko besar, seperti peradangan, perubahan warna kulit, dan bahkan kematian.

Meskipun PMMA sering dianggap sebagai solusi cepat untuk memperbaiki penampilan, Jennifer kini harus menghadapi kenyataan pahit. Komplikasi dari prosedur ini telah mengurangi peluangnya untuk menjadi seorang ibu.

“Impian saya untuk menjadi seorang ibu hancur akibat komplikasi yang disebabkan oleh PMMA,” katanya dengan penuh penyesalan.

“Rasa sakit ini tak terlukiskan, dan kenyataan bahwa saya tidak bisa menciptakan kehidupan adalah sesuatu yang tak pernah saya bayangkan,” tambahnya.

Menurut Dr. Carlos Rios, seorang ahli bedah plastik yang menangani kasus Jennifer, komplikasi yang dialaminya diduga berkaitan dengan aplikasi PMMA yang tidak tepat atau reaksi tubuh yang tidak sesuai. Zat ini dapat bermigrasi dari area injeksi ke bagian tubuh lainnya, termasuk daerah panggul, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi fungsi organ reproduksi.

“Jennifer mengalami rasa sakit yang hebat di bokong dan kakinya setelah menjalani prosedur ini lebih dari sepuluh tahun yang lalu,” ungkap Dr. Rios.

“Ini adalah masalah hidup dan mati. Dengan meditasi, pola makan yang tepat, suplemen, dan obat-obatan, kami berhasil menstabilkan kondisinya untuk sementara, tambah sang dokter.

Setelah lebih dari satu dekade menjalani berbagai operasi, Jennifer akhirnya memutuskan untuk berhenti setelah didiagnosis dengan gangguan dismorfia tubuh pada tahun 2022. Gangguan psikologis ini membuat seseorang memiliki pandangan yang sangat negatif tentang penampilannya, yang sering kali tidak sesuai dengan kenyataan.

Jennifer kini menjalani masa pemulihan yang berat dan masih menunggu operasi rekonstruktif di Kolombia. Meskipun mengalami penderitaan yang besar, Jennifer mengakui bahwa ia telah belajar dari pengalaman pahitnya.

“Saya suka mengatakan bahwa jika semua orang memperhatikan kesehatan emosional mereka, prosedur seperti ini akan lebih jarang terjadi. Namun, penting untuk dicatat bahwa saya tidak menentang operasi plastik, selama dilakukan dengan sadar,” jelasnya.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *